Senin, 24 Januari 2011

Resetter cannon mp145

Resetter Canon MP 145
1. Tekan Power On/Off (kabel power dalam kondisi terlepas).
2. Setelah itu pasang kabel Power, Power Tetap di Tekan.
3. Kemudian Tekan Tombol Reset 2x, lepaskan Tombol Power, Tekan Reset sekali lagi Sampai Menjadi “0” (dengan kecepatan tangan yang tinggi)!
4. tekan tmbl + Untk merubh ‘0' ke ‘1').
5. Tekan tombol power –> tmbl start sampai ngeprint 1 hal (urutannya biasanya start(color) kemudian tombol on/off) Ingat, siapkan 2 kertas ya.
6. Buka tutup printer (untuk melepaskan catridge) -> sampai catridge diposisi siap dilepas.
7. Lepaskan kabel power.
8. Lepaskan catridge 40 dan 41.
9. Pasang kembali kabel power.
10. Tekan tmbl power.

Resume kompetensi guru pai

Kompetensi berasal dan bahasa Inggris “competence” yang berarti kecakapan dan kemampuan. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu, (Djamarah 1994: 33). Kalau kompetensi berarti kemampuan atau kecakapan, maka hal ini erat kaitannya Dengan pemilikan pengetahuan, kecakapan atau keterampilan guru.


1. Makna Kompetensi Menurut Para Ahli

• Broke dan Stone
Discrivtive of qualitative natur or teacher behavior apperears to be entire/y meaning full. Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dan dan pnilaku guru yang tampak sangat berarti.
• Charles Ejonson
Competency as the rational feipormance wich satisfaktoy meets objective for a disired condition. Konipetensi adalah prilaku yang rasional untuk mcncapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

2 Gagasan Norman Dodl Taxonomy for Teacher Competencies

Kompetensi guru untuk “ssesing and evaluating students behavior” mengenal jiwa anak didik mempakan syarat mutlak dalam proses penentukan kepribadian individu Kelainan atau kesulitan-kesulitan dalam kepribadian anak didik itu pada umumnya dapat kita kelahu melalui tingkah laku.

3. beberapa Aspek atau, Ranah yang Terkandung dalam Konsep Kompetensi
 Pengetahuan (knowledge)
 Pemahaman (understanding)
 Kemampuan (skill)
 Nilai (value)
 Sikap (attitude)
 Minat (interest)
B. Jenis-jenis Kompetensi
1. Kompetensi Pribadi
1. Mengembangkan kepribadian.
2. Berjntersj dan berkomufljkasj
3. Me1aksj Bimbingn Penyuluhan Membimbing siswa yang mengalami kesuljtan belajar, Membimbing rnurid yang berke1nan dan berbakat khUSUS
4. Admjnjsfrasj Sekojah
5. McIa Pene1jan Sederhana Lnk

2.kompetensi professional
1. menguasai landasan pendidikan
2. Menguasai bahan pengajaran
3. Menyusun program pengajaran
4. Melaksanakan program pembelajaran
5. Menilai hasil proses belajar mengajar yang telah di laksanakan

C. analisa pengertian-pengertian para ahli.

Berdasarkan pengertian para ahli kami mencoba untuk menganalisa pengertian tersebut. Seorang guru yang berkompetensi harus memiliki kemampuan baik dari aspek pengetahuan tentang belajar mengajar dan tingkah laku manusia juga harus memiliki sikap yang tetap tentang diri sendiri, teman sekolah , teman sejawat dan bidang studi yang lain, dan tidak lupa harus harus mempunyai keterampilan teknik mengajar.

D. Kesimpulan
Kompetensi merupakan perpaduan dan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang di refleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi guru terdiri dari, kompetensi pribadi, kompetensi profesional. Di dalam kompetensi itu terdapat kemampuan yang terdiri dan kemampuan mengelola kelas, keterampilan mengelola bahan, keterampilan proses belajar mengajar.



BAB. II
HAKIKAT GURU

A. Pengertian Guru

Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penididikan murid, baik secara individual atau klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah (Djamarah, 2000: 32).
Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal dan non formal dituntut untuk mendidik, dan mengajar. Karena keduanya mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ideal pendidikan. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja tetapi jiwa dan watak anak didik tidak dibangun dan dibina, sehingga disini mendidiklah yang berperan untuk membentuk jiwa dan watak anak didik dengan kata lain mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik.

B. Persyaratan Guru

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani hendaklah semua orang dapat melaksanakannya. Guru dituntut mempunyai suatu pengabdian yang dedikasi dan loyalitas, ikhlas sehingga menciptakan anak didik yang dewasa, berakhlak dan berketerampilan. Guru memang menempati keduduklan yang terhormat di masyarakat, kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati dan diterima. Untuk lebih jelasnya kami akan menjelaskan bebrapa syarat menjadi guru sebagai berikut:
menurut Prof Dr. Zakiah Daradjat, menjadi guru hanis memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
a) Takwa kepada Allah Swt;
b) Berilmu;
c) Sehat Jasmani; dan
d) Ikrkelakuan baik (Djamanah, 2000: 33).

C. Tanggung Jawab Guru

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Karena besarnya tauggung jawab guru terhadap anak didiknya setiap hari guru meluangkan waktu demi kepentingan anak didiknya meskipun suatu ketika ada anak didiknya yang berbuat kurang sopan kepada orang lain, bahkan dengan sabar dan bijaksana guru memberikan nasehat bagaimana cara bertingkah laku yang sopan pada orang lain.
Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah mahkluk hidup yang uimpunyai otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dngan sejumlah norma hidup sesuai ideologi, falsafah dan agama.

D. Tugas Guru
Dengan disetujuinya RUU tentang sistem Pendidikan Nasional untuk di undangkan menjadi undang-undang dalam sidang pleno DPR hari Senin 6 Maret 1989, maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia akan disesuaikan dengan Undang-undang tersebut.
Atau seperti kata Mendikbud Prof. Fuad Hasan “Dengan berlakunya Undang-undang itu nanti maka tegaslah adanya pedoman penyelenggaraan kegiatan pendidikan kita” (Saridjo, 1990: 21). Untuk itu tugas guru bukan hanya memindahkan muatan materi kepeserta didik, tetapi dalam kurun waktu 24 jam Ia harus siap sedia sebagaimana tutur bapak Abdurrahmansyah.


E. Kepribadian Guru

Kepribadian guru adalah suatu masalah yang abstrak hanya dapat dilihat melaui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan seliap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang ia miliki. Ciri-ciri tersebut tidak dapat ditiru oleh guru lain karena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka kepribadian setiap guru itu tidak sama. Kepribadian adalah keseluruhan dan individu yang terdiri dari unsur psikis, dan pisik, artinya seluruh sikap dan pirbuatan seseorang akan menggambarkan sesuatu kepribadian apabila dilakukan secara sadar. Kepribadian merupakan suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang guru dalam pandangan anak didik dan masyarakat.

F. Peranan Guru

Peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompliks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas. Dengan menelaah kalimat di atas, maka sosok seorang guru itu harus siap sedia mengontrol peserta didik, kapan dan dimana saja, karena seperti apa yang diungkapkan oleh Abdurrahmansyah, M. Ag., kurikulum kependidikan Islam itu bukan hanya sebatas di sekolah saja tapi setiap saat.
Pantaslah James B. Broww berpendapat peran guru itu, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa (Subroto, 1997: 3). Untuk itu, TC. Pasaribu dan B. Simanjuntak, mcnyatakan “Di dalam pendidikan efektivitas dapat ditinjau dan dua segi :
I. Mengajar guru dan menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang di rencanakan terlaksana.
2. Belajar murid, yang menyangkut sejauh mana tujuan pelajaran yang di inginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar.

G. Kode Etik Guru

Kalau masalah “kode etik” itu di kaji maka terdiri dan dua kata yakni kode dan etik. Kata etik berasal dan bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukan “cara berbuat menjadi adat karena persetujuan dan kelompok manusia” dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang disebut kode sehingga terjemalah apa yang disebut “kode etik” atau secara harpiah kode etik berarti sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Jadi dapat dikatakan sebagai ukuran tatasusila keguruan (Djamarah, 2002: 49).

H. Kesimpulan
Dan banyak penjelasan di atas maka dapatlah kita ambil kesimpulan betapa sulit dan penuh tantangan kita selaku sosok seorang guru, tidak hanya memberikan muatan materi saja (transfer of knowledge) melainkan ia harus bersikap sebagai orang kedua dan orang tuanya. Guru adalah fokus yang sangat vital, sebab baik dan buruknya peserta didik itu tergantung sosok guru itu sendiri. Peningkatan mutulah yang seyogianya cepat kita perbaiki (tingkatkan).








BAB III
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional (GBPP SMU, 1995: 1).
Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nisional No.2/1989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat : (a) pendidikan Pancasila; (b) pendidikan agama; dan (c) pendidikan kewarganegaraan. Dan isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/wajib dalam kurikulum pendidikan nasional.

B. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam bukanlah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan intelektual saja, melainkan segi penghayatan juga pengamalan serta pengaplikasiannya dalam kehidupan dan sekaligus menjadi pegangan hidup.
Kemudian secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk pribadi manusia menjadi pribadi yang mencerminkan ajaran-ajaran Islam dan bertaqwa kepada Allah, atau “hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya insan kamil” (Ramayulis, 1998:83).

H. M. Arifin (1991: 51), mengemukakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “membina dan mendasari kehidupan anak dengan nilai-nilai syariat Islam secara benar sesuai dengan pengetahuan agama”. Sedangkan Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah “beribadah dan bertaqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat” (Ramayulis, 1998: 26). Selanjutnya Ahmad D. Marimba (t.t.: 46), menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah “untuk membentuk kepribadian muslim, yakni bertaqwa kepada Allah”.

C. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Agama merupakan masalah yang abstrak tetapi dampak/pengaruhnya akan nampak dalam kehidupan yang kongkrit. Untuk mengkaji mengenai pentingnya pendidikan agama ini maka penulis akan mengungkapkan lebih dahulu fungsi agama diri sendini.
Agama dalam kehidupan sosial mempunyai füngsi sebagai sosialisasi individu, yang berarti bahwa agama bagi seorang anak akan mengantarkannya menjadi dewasa. Sebab untuk menjadi dewasa seseorang memerlukan semacam tuntunan umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat dan juga menipakan tujuan pengembangan kepribadian, dan dalam ajaran Islam inilah anak tersebut dibimbing pertumbuhan jasmani dan rohaninya dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan rnengawasi benlaku ajaran Islam.
Menunrt Zakiah Daradjat (1995: 58), fungsi agama itu adalah:
1. Memberikan bimbingan dalam hidup
2. Menolong dalam mengahadapi kesukaran
3. Mententramkan batin

D. Ruang Lingkup PAl 1994

Ruang lingkup pengajaran PAI mencakup usaha mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alaxnnya.Bahan pengajaran PAI meliputi tujuh unsur pokok:
a. Keimanan.
b. Ibadah.
c. Al-Qur’an.
d. Muamalah.
e. Akhlak.
f. Syari’ah.
g. tarikh.



E. Metode dan Pendekatan Pengajaran PAI

1. Pendekatan

Pelaksanaan PAl di sekolah umum pada dasarnya melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang satu sama lain saling melengkapi.
• Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
• Pendekatan pembiasan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
• Pendekatan emosional yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.
• Pendekatan rasional yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama.

2. Metode

Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos yang artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode mempunyai peranan penting dalam upaya menjamin kelangsungan proses belajar mengajar lebih-lebih lagi bagi seorang guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Sebelum menyampaikan materi pelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui apa pengertian metode itu sendiri.
Winarno surakhmad di dalam buku syaiful bahri mengatakan, bahwa pemilihan dan penetuan metode di pengaruhi oleh bebrapa factor .sbb :

A. Anak didik
B. Tujuan
C. Situasi
D. Fasilitas
E. Guru.

Berikut dikemukakan metode yang tepat dalam pembelajaran agama :
1. Metode pembelajaran yang berpusat pada guru
2. Metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa
3. Metode pembelajaran yang berpusat antara guru dan siswa
4. Metode penghargaan


F. Sistem Evaluasi Pengajaran PAI di Sekolah Umum

Evaluasi dilaksanakan untuk menilai proses dan basil belajar siswa. Penilaian mencakup aspek kognitif afektif dan psikomotor. Evaluasi terhadap aspek kognitif meliputi semua unsur materi pokok PAI, sedangkan afektif lebih menekankan pada unsur pokok keimanan dan akhlak dan penilaian terhadap aspek psikomotor ditekankan pada unsur pokok ibadab dan al-Qur’an.

G. Beberapa Aspek Kurikulum PAI

Pada hakikatnya kurikulum dikaji berdasarkan tingkatan-tingkatan pendidikan:
1. Kunikulum dapat diartikan sebagai serangkaian tujuan pendidikan yang menggabungkan berbagai kemampuan, nilai dan sikap yang harus dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik dan suatu satuan jenjang pendidikan.
2. Kurikulum dapat diartikan sebagai kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran yang perlu dipelajani oleh para siswa untuk menguasai serangkaian kemampuan, nilai dan sikap yang secara institusional harus dikuasai para siswa setelah selesai mempelajarinya.
3. Kurikulum sebagai ganis besar materi dan suatu bidang pelajaran yang telah dipilih untuk dijadikan objek bidang.

H. Arah Baru Pengembangan

Upaya yang dapat dilakukan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum PAI di SMU pada masa yang akan datang: (Abdurrahmansyah dan M. Fauzi, 2003).
1. Pelaksanaan PAI di sekolah umum hams semakin ditingkatkan secara efektif dan intensif dengan lebih menekankan pada pendidikan akhlak.
2. Penyusunan dan pengembangan kurikulum PAI di sekolah umum pada masa akan datang harus menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu dengan melibatkan para pakar dalam bidang ilmu yang lain.

I. Pola Pendidikan Islam dalam Keluarga
Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak (budi pekerti), yakni pendidikan yang sanggup melahirkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, tahu arti kewajiban, menghormati hak-hak azazi manusia, tahu membedakan yang benar dan yang salah, senantiasa mengingat Allah dalam setiap langkah dan perbuatan yang hendak dilakukannya. Seperti firman Allah dalam surat aI-Furqan yang artinya, di bawah ini:
“Dan hamba-hamba yang baik pada Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapakan kata-kata yang mengandung keselaniatan.”

J. Kesimpulan
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunanan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kchidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yang berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab.
.
BAB IV
ETIKA KEGURUAN

A. Profesi Keguruan
Secara sederhana pekerjaan apapun akan dinilai professional adalah apabila out-put yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan semua pihak. Semua profesi bisa dikatakan professional bila pekerjaan itu dilakukan oleh mereka secara khusus bukan karena tidak bisa melakukakan pekerjaan lainnya. Begitu pula profesi guru, guru adalah sangat penting karena ia akan menyampaikan ilmu pengetahuan yang tidak akan pernah rusak sampai kapanpun.

B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi pekerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Tugas guru bukan saja menyangkut kegiatannya di dalam kelas atau sekolah, melainkan harus pula melakukan hal-hal atau melaksanakan seperangkat tingkah laku sehubungan dengan kedudukannya sebagai guru. Menurut Peters, tugas dan tanggung jawab guru adalah: 1) sebagai pengajar; 2) sebagai pembimbing; dan 3) sebagai administrasi kelas.

C. Peran Guru

Adanya perkembangan baru dalam proses belajar mengajar membawa konsekuensi guru untuk meningkatkan peranannya dan kompetensinya. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada tingkat optimal. Menurut Adam dan Pecey peranan dan kompetensi guru yang dominan meliputi sebagai demonstrator (pengajar), pengelola kelas, mediator atau fasilitator dan evaluator. Disamping itu peran guru juga dalam hal pengadministrasian, secara pribadi dan secara psikologis (Usman, 1992: 8).

D. Kesimpulan

Saat ini peran guru masih sangat penting, walaupun ditengah arus kemajuan ilmu dan teknologi yang kian pesat seperti laju informasi yang bisa langsung diterima bukan dan guru, namun dan alat-alat canggih seperti TV, Radio dll. Dalam menyikapi hal ini guru dituntut dapat memerankan perannya sesuai dengan kebutuhan ataupun tuntutan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru mempunyai tanggung jawab yang utama. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung awab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi pekerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan pada hakikat-nya tugas guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor yang penting dalam suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh yang lain.



BABV
ETIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Etika

Etika (etimologi), berasal dad bahasa Yunani “Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan moral yang berasal dad kata latin “Mos” yang dalam bentuk jamaknya “Mores” yang berarti juga adat atau cara hidup (Zubair, 1987: 13).

B. Etika Menunit Ajaran Islam

Istilah etika dalam ajaran Islam tidak sama dengan apa yang diartikan oleh para ilmuwan barat. Bila etika barat sifat-nya “antroposentrik” (berkisar sekitar manusia), maka etika Islam bersifat “teosentrik” (berkisar sekitar Tuhan). Dalam etika Islam suatu perbuatan selalu dihubungkan dengan amal saleh atau dosa, dengan pahala atau siksa, dengan surga atau neraka Musnamar, 1986: 88).

C. Butir-butir Etika Islam

Butir-butir etika Islam yang dapat diidentifkasikan, antar lain:
1. Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral. Kedua hal tersebut disampaikan berupa wahyu melalui para Nabi dan pan Rasul, dikodifikasikan ke dalam kitab-kitab suci Allah.
2. Sesuatu perbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah, serta didasari atas niat baik.
3. Kebaikan adalah keindahan akhlak, sedangkan tanda-tanda dosa adalah perasaan tidak enak, serta merasa tidak senang apabila perbuatannya diketahui orang banyak.
4. Prikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, bahkan dalam perang.
5. Anak wajib berhakti kepada orang tuanya (Musnamar, 1986: 89-93).

D. Hubungan Etika/Adab di dalam Pendidikan

Semua jabatan dalam masyarakat mempunyai kode etik, demikian juga seharusnya dalam jabatan guru (Roestiyah, (1989: 35).
Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dan segi susila. Menurut Westby Gibson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu statement formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.

E. Tata Cara yang Wajib Diamalkan oleh Seorang Guru dalam Jabatannya
1. Hubungan guru dengan murid.
2. Hubungan gwv dengan sesama guru
3. Hubwigan guru dengan atasannya,
4. Hubungan gum dengan orang tua,
5. Hubungan guru dengan inasyarakat,

E. Etika/Adab dalam Bergaul Anak Didik

1. Adab Terhadap Guru
Guru adalah orang yang telah memberikan ilmu atau pelajaran kepada murid, maka adalah menjadi tugas murid untuk memuliakan guru.

2. Adab Terhadap Sesama Murid
Khususnya di antara murid pria dan wanita, karena dalam pergaulan di antara mereka itulah sering terjadi peluang yang mengganggu kehidupan belajar dan dapat berakibat jauh dalam kehidupan mereka kelak.

F. Kesimpulan
Dari unaian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Etika berasal dan bahasa Yunani “ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat.
2. Etika Islam bensifat teosentrik (benkisar sekitar Tuhan).
3. Butir-butir etika Islam antara lain yaitu, Tuhan merupakan sumber hukum dan sumber moral, suatu penbuatan adalah baik apabila sesuai dengan perintah Allah serta didasari atas niat baik, kebaikan adalah keindahan akhlak, perikemanusiaan hendaknya berlaku bagi siapa saja, dimana saja dan kapan saja, dan lain-lain.
4. Tingkah laku atau moral guru pada umumnya menupakan penampilan lain pada kepribadiannya. Cara guru berpakaian, berbicara, benjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian lain, yang juga mempunyai pengaruh terhadap anak didik.
5. Tata cara yang wajib diamalkan oleh seorang guru dalam jabatannya mencakup hubungan antara guru dengan murid, hubungan antara guru dengan sesama guru, hubungan antara guru dengan atasannya, hubungan antara guru dengan orang tua, dan hubungan guru dengan masyanakat.




BAB VI
KEPRIBADIAN GURU

A. Kepribadian Guru
Faktor terpenting pada seorang guru adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dan pembina bagi anak didiknya atau bahkan malah sebaliknya malah akan menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak didiknya.

B. Kepribadian Guru Madrasah Ibtidaiyah
Segenap guru hendaknya mengetahui dan menyadari Betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan itu sendidiri pada umumnya dan pada tempat ia mengajar pada umumnya. Kepribadian guru tersebut akan diserap dan diambil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang tumbuh dan berkembang.

C. Kepribadian Guru Madrasah Tsanawiyah
Syarat kepribadian bagi guru madarasah Tsanawiyah tidak banyak berebeda dengan guru madrasah Ibtidaiyah.

D. Kepribadian Guru Madrasah Aliyah

Guru madrasah Aliyah memerlukan persyaratan kepribadian yang hampir sama dengan kepribadian guru di madrasah Ibtidaiyah dan madrasah Tsanawiyah walaupun bidang studi dan keahliannya semakin banyak dan bermacam-macam sesuai dengan jurusannya masing-masing. Kepribadian guru madrasah Aliyah harus dapat menjamin tercapainya tujuan pendidikan pada madrasah Aliyah tersebut secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.

E. Komponen-komponen Kompetensi Pribadi
Kemampuan pribadi meliputi hal-hal sebagai berikut (Usman, 1995: 16-17)
1. Mengembangkan kepribadian.
2. berinteraksi berkomunikasi
3. melaksanakan bimbibingan penyuluhan
4. melaksanakan administrasi sekolah
adapun kemampuan kepribadian seorang guru dalam peruses belajar menagajar secara rinci sebagai berikut :
1.kemanatapan integritas pribadi
2.peka terhadap perubahan, pembaharuan
3.berfikir alternative
4. adil, jujur dan objektif
5. berdisiplin dalam melaksanakan tugas
6. ulet dan tekun bekerja
7. berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
8. simpatik, lues, bijaksana sederhana dalam bertindak
9.bersifat terbuka
10. kreatif
11. berwibawa

F. Kesimpulan
Tanpa disadari atau tidak disamping perangkat dan segala hal yang berhubungan dengan pengajaran dan yang bermuara pada keberhasilan tujuan pendidikan, ternyata adalah kepribadian guru juga merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan pengajaran. Bahkan kepribadian ini dianggap sangat vital karena anak didik akan mencontoh dan menyerap dan segala tingkah laku dan penampilan guru pada saat mengajar dan dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat penampilan itulah nantinya akan menjadi unsur yang akan diserap oleh anak didik yang sedang tumbuh dan berkembang dalam usia yang memang dalam masa-masa kegoncangan sehingga apapun yang ia dapatkan itu sangat sulit untuk menyaringnya. Kecuali, diatasi dengan kepribadian guru saat mengajar.


BAB VII
PEMBINAAN
PROFESIONALITAS GURU


A. Pembinaan Aspek Profesional

Aspek profesional yang hams dimiliki guru diharapkan mampu membuat atau menjadikan pendidikan menjadi berkesinambungan atau mempunyai timbal balik yang saling berkesinambungan. Guru yang dikatakan profesioanal ía tidak hanya bertugas membenikan suatu teori akan tetapi mampu mendidik siswa menjadi lebih mengarah kepada nilai-nilai yang positif dan benar-benar melibatkan siswa secara aktif, dengan demikian aktifitas murid merasa dihargai dalam proses belajar mengajar (Pedoman Akademik Fak. Tarbiyah, 2000: 16).

B. Peran Guru sebagai Pendidik

Tatkala kita berbicara masalah interaksi dalam proses belajar mengajar, kita tidak bisa lepas dan hal “guru”. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Karena besarnya peranan guru tersebut sehingga sering kali baik buruk dan tinggi rendahnya prestasi siswa atau mahasiswa, bahkan sampai pada umum pendidikan, pada umumnya dikembalikan pada guru. Menurut saya hal itu terlalu berlebihan sebab, keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh banyak faktor, guru, murid, metode, alat atau sarana , situasi dan lain sebagainya.

B. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar

Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajanan antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik guru maupun peserta didik. Hal tersebut dipersulit lagi oleh kondisi yang turun temurun, dimana guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Pendayagunaan sumber belajar dalam proses belajar mengajar memiliki anti sangat penting, selain melengkapi, memelihara, dan memperkaya khazanah belajar, sumber Belajar juga dapat meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar,yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun bagi para peserta didik.

D. Cara Mendayagunakan Sumber Belajar

Keprofesionalan yang dicapai seorang guru harus melalui aspek kemampuan akademik yang membuat guru itu menjadi profesional dengan kemampuan akademik yang dimilikinya yang diperolehnya melalui proses pendidikan yang didapatkannya dan wadah pembinaan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu.

Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah atau pihak perguruan bagi siswa dalam dan luar sekolah dengan tüjuan membantu perkembangan mereka secara menyeluruh dalam aspek dan sekaligus merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang diharapkan

Tujuan Kurikulum di Perguruan Tinggi

Penyelenggaraan pendidikan diperguruan tinggi dilaksanakan atas dasar kurikulum yang disusun oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai dengan sasaran program studi yang dicapai. Perguruan tinggi dapat mengembangkan kurikulum dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku secara nasional. Kurikulum yang berlaku nasional diatur oleh menteri pendidikan dan kebudayaan. Bila mana belum berlaku secara nasional untuk program studi tertentu, perguruan tinggi yang hendak menyelenggarakan dapat mengusulkan rancangan kurikulum untuk program studi tersebut kepada departemen untuk memperoleh pengesahan.( arthous, 1992: 31-35).

E. Kesimpulan

Seorang guru akan dikatakan profesional apabila dia sudah menguasai aspek akademik yang dipelajari guru pada wadah pembinaan atau lembaga tertentu profesional guru itu dilihat dari segi bagai mana guru menghadapi problem-problem yang menjadi persoalan, yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Guru bukan Cuma diharapkan mampu memberikan materi secara baik akan tetapi guru harus mampu memberikan penanaman nilai-nilai terhadap siswa, dan juga guru diharapkan mampu menjadi seorang pendidik bukan hanya sebatas melepaskan tanggung jawab sebagai seorang pengajar.



BAB VIII
WADAH PEMBINAAN
KOMPETENSI GURU PAI

A. Kompetensi Akademik Guru PAI

Pengertian kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan, sedangkan kompetensi guru merupakan kernampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban serta bertanggung jawab dan layak niengajar. Maka kompetensi akademik guru dapat diartikan sebagai kemarnpuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya berdasarkan potensi akademik keilmuan yang dimilikinya (Syab, 2002: 229).
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah bahwa kompetensi guru dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor latar belakang pendidik (akademik) dan pengalarnan mengajar (Djamarah, 1994: 130-132).

B. Pembinaan Kompetensi Akademik Guru PAI

Kata pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dan kata training yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedangkan pendidikan menekankan pengembangan manusia pada segi teonitis : pengembangan pengetahuan dan ilmu (Hardjana, 1991: Ti).
Pembinaan guru sering diistilahkan supervisi, namun secara terminologi pembinaan guru sering diartikan sebagai rangkaian usaha untuk membantu guru, terutama bantuan yang yang berwujud layanan profesional yang dilakukan kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil Belajar (Ali Imron, 1995: 9).

C. Pengembangan Kompetensi Akademik Guru PAI

Pengembangan kompetensi akademik guru PAI berkaitan erat dengan pengembangan profesi pendidikan yang pada akhirnya juga berkaitan dengan organisasi pendidik tersebut. Sebab pengembangan profesi itu disarnping dilakukan oleh para pendidik secara individual, secara konsep dibantu, diawasi dan dikordinasi oleh organisasi profesinya. Namun fungsi organisasi profesi seperti ini dalam bidang pendidikan masih belum tampak, karena itu kebanyakan pendidik mengembangkan profesinya sendiri-sendiri.




BAB IX
KETELADANAN
DAN AKHLAK GURU

A. Pengertian Keteladanan

Keteladanan berasal dan kata “Teladan yang berarti sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh” (Aiwi, 2001: 1160). Sedangkan dalam bahasa Arab adalah Uswatun Hasanah. Dilihat dan segi kalimainya uswatun hasanah terdiri dan dua kata yaitu uswatun dan hasanah. Mahmud Yunus mendefinisikan “uswatun sama dengan qudwah yang berarti ikutan” (Yunus, 1989: 42). Sedangkan “hasanah diartikan sebagai perbuatan yang baik” (Yunus: 1989: 103).

B. Kriteria-kriteria Keteladanan

Dan beberapa pengertian tentang keteladanan, benikut dikemukakan beberapa kritenia keteladanan guru.
Menumt al-Ghazali yang dikutip oleh Zainuddin dkk, bahwa knitenia-kniteria keteladanan gum antara lain:
1. Sabar
2. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih
3. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main
4. Menyantuni serta tidak membentak orang bodoh
5. Membimbing dan mendidik murid-murid bodoh dengan sebaik-baiknya
6. Bersikap tawadu dan tidak takabur
7. Menampilkan hujjah yang benar

D. Pengertian Akhlak

Perkataan “akhlak” berasal dan bahasa Arab jarna’ dan “khuiuq” yang rnenurut loqhat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Ya’qub, 1993: 11). Dalam pengertian sehari-hari “akhlak” umumnya disamakan artinya dengan arti kata budi pekerti atau kesusilaan atau sopan santun (Tatapangarsa, 1994: 13).

Imam al-Ghazali mengemukakan akhlak sebagai berikut:

Artinya: ahlak ialah suatu sifat yang tertanam da/am jiwaya dan sifat-sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebib dulu)” (tatapangarsa, 1994: 14).

E. Dasar Akhlak

Akhlak merupakan cermin dari pada umat Islam yang tentu saja mempunyai dasar. Dan dasar inilah yang harus dihayati dan diamalkan agar tercipta akhlak yang mulia.
Menurut M. Ali Hasan dalam bukunya Tuntunan Akhlak mengemukakan bahwa yang menjadi dasar sifat seseorang itu baik atau bumk adalah al-Quran dan Sunnah (Hasan, 1978: 11). Apa yang baik menurut al-Quran dan Sunnah, itulah yang baik untuk di kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut al-Quran dan Sunnah, berarti itu tidak balk dan harus dijauhi.

F. Tujuan Akhlak

Menurut M. Mi Hasan (1978: 11) tujuan pokok akhlak adalah “agar setiap manusia berbudi pekerti (berakhlak), Bertirngkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam”.

G. Macam-macam Akhlak

Secara garis besar akhlak itu tenbagi dua macam, antara keduanya bertolak belakang efeknya bagi kehidupan manusia. Akhlak tensebut adalah:

1. Akhlak yang balk atau akhlak mahmudah
2. Akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah

H. Kedudukan Akhlak bagi Guru

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang penting sekali. Pentingnya akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau bernegara.







DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan a1-qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Abdurrahmansyah dan M. Fauzi, Pengembangan Kurikulum PAI, Palembang: Grafika Telindo, 2003.
Ad Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses, Jakarta:PT.Grasindo, 1993.
Ahmadi, Abu, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
A1-Abrasyi, Muhammad Athiyah, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Ali, M., Guru Dalam proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Barn A1gesindo, 1996.
Alwi, Hasan, dkk, (Pemred), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Aly, fiery Noer, Ilmu Pendidikan islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
An-Nahiawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Mayarakat, Jakarta: Gema Insani Press,1 995.
Barthous, Basir, Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia, Jakarta:Bumi Aksara, 1992.
Daradjat, Zakiah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Resume sosiologi pendidikan karya abu ahmadi

BAB I
PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Menurut H.P. Fairchil dalam bukunya “ Dicitionary Sociology “ di katakana bahwa : Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diteteapkan untuk memecahkann masalah – masalah pendidikan yang fundamental
Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki antara sosiologi pendidikan. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki lapangan penyelidikan, sudut pendang, metode, dan susuanan pengetahuan obyek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangannya ialah memandang hakikat masyarakat kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangakan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep – konsep dan prinsip – prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaannnya dan perkembangan pribadi. Salah satu ini yang mendapat perhatian sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial.
Jadi sosiologi pendidikan merupakan salah satu sosiologi khusus. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya termasuk dalam pengertian struktur ini ialah teori dan filsafat pendidikan, system kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya itu dengan tata sosial masyarakat.
Sedangkan yang dimaksuf dengan dinamika, ialah proses sosial cultural, proses perkembangan kepribadian dan hubungan semuanya itu dengan pendidikan
Ditinjau dari segi etomologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka sepintas saja telah jelas bahwa di dalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya ialah aspek – aspek sosiologi di dalam pendidikan.
E.George Pyne, yang bolehlah disebut bapak dari pad sosiologi pendidikan seperti halnya A. Comte sebagai bapak dari pada sosiologi. Disini Payne menekankan, bahwa di dalam lembaga – lembaga, kelompok – kelompok sosial, proses sosial, terdapatlah apa yang dinamakan social relationship, hubungan – hubungan sosial ataupun secaara tehnis disebut interaksi sosial, dimana di dalam dan dengan interaksi sosial ini individu memeperoleh dan mengorganir pengalaman – pengalamannya.
Charls A. Ellwood : Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajarai / menuju untuk melahirkan maksud hubungan – hubungan antara semua poko – pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial.
Dr. Ellwood : Sosiologi Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain.
E.B. Reuter : Sosiologi Pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa evaluasi dari lembaga – lembaga pendidikan dalam hubungan nya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh – pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap – tiap individu.
W. Dodsen : Mengatakan bahwa sosiologi pendidikan itu mempersoalkan pertemuan dan percampuran dari pada lingkungan sekitar kebudayaan secara totalitas, di mana dalam dan dengan begitu maka terbentuklah tingkah laku, dan sekolah dianggap sebagai dari pada total cultural milien, sedangkan sosiologi pendidikan memperbincangkan dan berusaha menemukan bagaimana memanipulasikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian
George S. Herrington mengemukakan lima macam tujuan dari pada sosiologi pendidikan ialah :
1. To Understand the role of the reacher in the community and the school as an instrument of social progress and social factors affecting school.
2. To understand the democratic ideologies, our culture and economic and social trends in relation to both formal and informal educational agencies.
3. To understand social forces and their effects upon individuals
4. To socialize the curriculum, and
5. To use techniques of research and critical rhinking to achieve these aims.
Educatioanl Sosiologiy dan sociology Of Education Definisi dari stalcup mengenai ketiga istilah dimaksud sebagai berikut :
• Educational Sosiology : Merupakan aplikasi prinsip – prinsip umum dan penemuan – penemuan sosiologibagi pengadministrasian dan atau proses pendidikan. Pendekatan ini berupaya untuk menerapkan prinsip – prinsip sosiologi pada lembaga pendidikan sebagai suatu unit sosial tersendiri.
• Sociology Of Education : Merupakan suatu analisis terhadap proses – proses sosiologi yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telahannya pada lembaga pendidikan itu sendiri
• Social; Fundation Of Education : Merupakan suatu bidang telaahan yang lazimnya mencakup sejarah, filsafat, sosiologi pendidikan dan pendidikan komprasi. Jelas bidang ini lebih luas baik dari “ Sosiology Of Education ? maupun ? Educatioanl Sosiology “
BAB II
PENDEKATAN INDIVIDU
Individu sebagi titik tolak atau dipengaruhi oleh dua macam factor yakni factor intern dan extern. Factor intern meliputifaktor – factor biologis dan psikologis sedangkan factor extern mencakup factor – factor lingkungan fisik dan ligkungan sosial.
1. Faktor Biologis pada tingakh laku manusia.
Perbedan antara factor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada factor biologis memandang manusia itu sebagai organism yang murni dan sederhama, sedangkan pada factor psikologis memandang manusia itu sebagai organism yang intelligent, organism yang mempunyai inteligensi.
Tandanya factor – factor yang mempengaruhi perkebangan masyarakat ialah adanya kebebasan, fasilitas ekonomis, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luas dan keagamaan.
2. Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia Pengaruh psikologis pada biologis semua berdifat semiphiolosphis dan abstrak. Misalnya pasa science of mind ) pengetahuan tentang proses berfikir tetapi sebaiknya ketika terbit buku Darwin, Origin Of Species pada tahun 1859 biologi berpengaruh besar pada psikologi. Misalnya dengan pesatnya studi tingkah laku hewan, maka jadilah pengetrapannya pada studi tentang manusia, yaitu tingkah laku manusia dijabarkan dengan tingkah laku hewan. Suatu contoh misalnya pada tingkah lalu insektual semut, burung, terdapatlah suatu tingkah laku yang sebagian besar dideterminir oleh instinct sesuatu yang tidak dipelajari, relative sifat sterotypis dan response otomatis pada situasi terutama.
BAB III
PENDEKATAN SOSIAL
Cara lain untuk membahas tingkah laku manusia ialah dengan mempergunakan approach sosial, approach kelompok, societal approach, group approach, titik pangkal dari pada approach sosial adalah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok – kelompok dengan berbagai aktivitasnya, secara kongkret approach sosial ini membahas aspek – aspek atau komponen dari pada budayaan manusia.
Studi approach sosial ini mual – mula dilakukan pada kehidupanbinatang, misalnya jenis insekta semut atau burung.
Aguste Comte yang bisa disebut bapak sosiologi mempergunakan istilah sosiologi itu dalam seri kuliahnya pada tahun 187 danh kemudian dibutuhkan dalam Positive Philophy dalam buku ini Comte berusaha mengadakan pemandangan kembali terhadap tulisan – tulisan mengenai kehidupan manusia pada masa silam dan dalam bahagianya terdapatlah pengaruh pengetahuan baru dan pengetahuan historis pada konsepsi – konsepso dari pada hakikat manusia dan dia pakailah istilah sosiologi.
Menurut Woodworth, bahwa manusia di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya selalu mengtalami 4 macam proses :
1. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
2. Individu dapat menggunakan lingkungan
3. Individu dapat berpartisipasi ( ikut serta ) dengan lingkungan
4. Individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
Mengenai penyesuaian diri ini dapat kita kemukakan secara laus :
• Penyesuaian diri yang berarti mengubah diri kita sesuai dengan lingkungan ( autoplasris )
• Penyesuaian diri yang berarti mengubah lingkungan sesuai dengan kehendak kita ( alloplastis )
Dalam pelaksanaan interaksi social ini dapat dijalankan melalui :
a. Imitasi ( peniruan )
b. Sugesti ( memberi pengaruh )
c. Identifikasi
d. Simpati ( seperasaan )
BAB IV
PENDEKATAN INTERAKSI
Di dalam approach interaksional ini kita memperhatikan factor – factor individu dan sosial, di mana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan hubungan timbale balik antara individu dan masyarakat, ada hubungan interaksi antara individu dapat mempengaruhi inidvidu pengaruh – pengaruh yang berdifat dinamis dan kreatif. Approach interaksional mengindahkan approach individu dengan factor – factor biologis dan psikologisnya pada tiap – tiap individu sebagai kekuatan potensial dan approach sosial mempunyai factor – factor yang memberikan kesempatan untuk dikembangkan kea rah kemanfaatan dalam tat hidup manusia di dalam masyarakat dan Negara.
Dengan adanya interaksi maka manusia dari lahirnya telah mempengaruhi tingkah laku orang – orang lainnya dan benda – bendadi dalam milieu sekitarnya dan sebaliknya tingkah laku orang- orang lain dan benda – beda mempengaruhi kepada bayi itu dalam pertumbuhan seterusnya. Oleh karena itu situasi interaksi adalah situasi hubungan sosial, maka dapat dikatakan bahwa manusia itu memasyarakat diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri dan memasyarakatan, pembudayaan ini tidak aka nada habis – habisnya sampai akhir zaman.
Menurut E. George Pyne ( bapak sosiologi pendidikan endefinisikan : Educational sociology adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan dan menerangkan lembaga – lembaga kelompok sosial dan proses – proses sosial. Dimana dalam hubungan itu individu memperoleh dan menyusun pengalaman - pengaamannya.
Hubungan sosiologi pendidikan dengan psikologi pendidikan :
• Persamaannya
Kedua – keduanya mencari jalan untuk menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah laku individu. Kedua ilmu itu tersebut merupakan alat untuk merealisaasi tercapainya tujuan pendidikan
• Perbedaannya :
- Psikologi pendidiakn berhubungan dengan teknik bagi membentuk kebiasan – kebiasaan baru dalam diri anak.
- Sedangkan sosiologi pendidiakn tertarik perhatiannya di dalam implikasi – implikasi bagi permbuatan kurikulum –kurikulum, organisasi kelas dan metode – metode

John Enggleston menekankan adanya 3 jenis yang paling berinteraksi dalam lingkungan sosiologi pendidikan, yaitu :
• Lingkungan social dari individu si anak
• Lingkungan social yang bersifat intern daripada sekolah
• Lingkungan social yang bersifat etern
BAB V
TEORI MEDAN
Membahas tiga macam approach terhadap tingkah laku manusia, baik manusia sebagai makhluk individu dan sosial dengan approach – approach individual, sosial dan interaksional, ada cara lain untuk meneliti tingkah laku manusia, dengan membahas medio sosiopsychis manusia, dengan membahas medan sosial manuisa.
Cara pembalasan ini terkenal dengan nama teori medan atau field theory yang diajarkan oleh Dr. Kurt Lewin dalam psikologi dan dikembangkan dalam psikologi sosial oleh J.F Brorown.
Inti dari pada teori mendan ini ialah meneliti struktur medan hidup ( life space ) beserta pribadinya, personnya, life space sosial atau medan sosial. Medan hisup ini merupakan kondisi – kondisi syarat – syarat dan situasi konkret yang menyertai gerak pribadi, gerak person tadi.
Cara berkerja teori medan itu mempergunakan metode pothetico deduktif ( hypothetic deductive method )Selanjutnyauntuk menerntukan tingkah laku manusia di rumus sebagai berikut : B = R ( PE ) di mana dalam manuisa ini terdapat simbul – simbul : B = Behavior ( tingkah Laku ) P = Person, manusianya E = Environment, milieu F = fungsi, sehingga rumus tadi harus dibaca : tingkah laku (B) adalah fungsi person (P) dan milieu (E) artinya bahwa tingkah laku manusia itu bergantung kepada pribadi (Person) dan lingkungan sekitarnya (Milieu).
BAB VI
WARISAN BUDAYA
a. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan : Cultuur ( Bahasa Belanda ), Culture ( Bahasa Inggris ), berasal dari perkataan Latin “ Cuolere “ yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengola tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembang arti culture sebagai “ sega;a daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah budi dan akal. Dari sudut bhasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “ Budhayah “ yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Jadi kebudayan itu mempunyai sifat kopleks, banyak seluk beluknya dan merupakan totalitas, merupakan keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum,cutom dan lain – lain kapabilitas dan kebijaksanaan – kebijaksaaan yang diperoleh oleh manusia di dalam masyarakat.pencipta kebudayaan adalah manusia, focus kebudayaan adalah masyarakat. Jelasnya “ Kebudayaan “ adalah suatu hasil ciptaan dari pada hidup bersama yang berlangsung berabad – abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat.
Unsur – unsur atau bagian – bagian kebudayaan menurut Limton culture atau kebudayaan sebagai bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi – bagi atas :
1. Cultural universal : misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan , kekerabatan dan sebagainya.
2. Cultural Activitis : Kegiatan – kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencarian tadi terhadap pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdaganganmdan sebaginya
3. Traits Complexes adalah bagian – bagian dari cultural activities tadi
4. Traits adalah bagian – bagian dari traits complexes tadi
5. Items adalah bagian – bagian di dalam traits kebudayaan.
b. Manusia Makhluk Berkebudayaan
Istilah kebudayaan di sini sebenarnyakurang tepat seolah olah kebudayaan itu dapat ditinggalkan seperti membuka baju. Jafi tepatnya manusia itu berbudaya, dus manusia itu aktif menciptakan kebudayaan, manusia itu membudaya terus menerus dari sat manusia itu ada ( bayi lahir ) sampai dia meninggal dunia. Tetapi sebagian dari kebudayaan masih tetap ada, ialah yang berupa warisan kebudayaan.
Komponen – komponen kebudayaan itu adalah sebagi berikut :
1. Alam pikiran ideologis dan religio
2. Bahasa
3. Hubungan social
4. Hidup perekonomiannya
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi
6. Keseniannya
7. Polik pemerintah
8. Pewarisan kebudayaan atau pendidikan
3. Hakikat Sosial dari Pendidikan
Fungsi – fungsi dari pendidiakan :
1. Assimilasi dari tradisi – tradisi
2. Pengembangan dari pola – pola sosial yang baru
3. Kreatifita / peranan yang bersifat membangun di dalam pendidiakn
Menurut Brown, ada 3 pelaku pendidikan :
1. Lembaga – lembaga pendidikan formal
2. Kelompok – kelompok yang teroganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting
3. Organisasi – organisasi yang bersifat komersial dan industry

BAB VII
KELOMPOK SOSIAL
Di dalam memasuki suatu kelompok harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Dia harus tunduk pada orang yang lebih tua ( senior )
2. Dia tidak boleh makan makanan tertentu
3. Dia tidak boleh mengganggu wanita – wanita milik orang lain
4. Dia harus menjaga rahasia, dan sebagainya
Bahkan pada suku lain : dia diberi pisau dan disuruh masuk ke hutan untuk hidup selama 1 tahun dan harus menghadapi tantangan – tantangan musim dingin dan musim panas Sehingga dengan demikian individu – individu tersebut berkembang dan mempunyai dua fungsi :
1. Sebagai makhluk individual
2. Sebagai makhluk social
a. Klasifikasi Kelompok Sosial
Dari beberapa macam klasifikasi kelompok sosial antara lain yang dibahas dalam bab ini ialah sebagai berikut :
• Willian G. Summer mengemukakan adanya in group atau we-group dan out-group atau others-group atau every body else. Di dalam in-group ada sosiasi kea rah mana tiap – tiap individu anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan di situ terdapatlah usaha identifikasi pribadi satu sama lain kea rah adanya rasa persahabatan, kerja sama, rasa tanggung jawab, terutama di dalam saat – saat yang mendesak dan gawat.
• Cooley mempergunakan dasar “ we and the group “ dari sumner yang mengemukakan adanaya jenis – jenis kelompok sosial – sosial primair, sekundair dan tertier atas dasar intimitas perasaan individu – individu atau kelompok – kelompok lainnya.
– Kelompok primair atau the primary group adalah suatu kelompok yang mempunyai rasa ikatan yang kuat dalam relasi intra group.
– Kelompok sekundair atau secondary group. Pada kelompok sekundair terdapat hubungan – hubungan yang kausalitas, artinya ada sebab – sebab tertentu yang menyebabkan terbentuklah kelompok sekundair, misalnya adanya ikatan interest.
– Kelompok tertier atau tertiey group. Pada kelompok tertier ini mempunyai sifat sementara atau incidental misalnya orang – orang yang bersama – sama naik bis, kereta api, nonton film, sepak bola dan sebagainya.
b. Relasi – Relasi Intergroup
Ada cara – cara lagi untuk memahami relasi – relasi intergroup, atau hubungan – hubungan inter kelompok, yaitu apa yang dinamakan jarak sosial atau social distance dan ethnosentrisme. Jarak sosial itu ada dua macam yaitu jarak sosial- sosial vertical, ialah adanaya rasa perbedaan antara individu dan kelompok yang di dasarkan atas status. Yang dimaksud jarak sosial horizontal ialah didasarkan atas sikap ontimitas atau raraf rasa kekamian ( degree of feeling ) “ rasa peka atau rasa erat keanggotaan kelompok, jarak sosial horizontal mana terdapat pada pribadi perseorangan atau pun bersifat sosial.
c. Fungsi Kelompok Sosial
Fungsi dari pada kelompok sosial dapat bersifat individu dan sosial. Fungsi individual dari pada kelompok ialah dalam tarap – tarap tertentu dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan individu, dimana individu – individu melalui kelompok dapat dimiliki pengetahuan – pengetahuan yang essensial, kecakapan, sikap yang penyesuaian dalam pengalaman – pengalaman pendewasaannya dalam kelompok yang lebih luas.
d. Dinamika Kelompok Sosial
Seperti telah didinggung – singgung dalam pembahasan lewat, bahwa masyarakat dan kebudayaan – kebudayaan manusia itu tumbuh dan berkembang terus menerus, jasi ada perubahan – perubahan kea rah kemajuan, jadi ada gerak, ada dinamika dari pada sosialnya. Perubahan – perubahan itu terjadi pada bentuk – bentuk dari pada folkways ( kebiasaan harian ), mores dan institusi, tetapi fungsinya tak berubah.
e. Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan
Adapun faktor – faktor yagn sangat mempengaruhi perkembangan anak itu dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a. Status Sosial Ekonomi Keluarga
b. Faktor Kebutuhan Keluarga
c. Sikap Kebiasaan – kebiasaan Orang Tua

BAB VIII
PROSES SOSIAL
1. Manusia sebagai makhluk Biososial
Manusia itu di lahirkan di dalam masyarakat mempunyai tat hidup dan penghidupan serta pola tingkah laku yang komplek. Untuk menganalisa betapa pengaruh kebudayaan kepada pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi orang dewasa yang berpribadian sempurna atau integral, demikian juga betapa kekuatan – kekuatan kodarat atau faktor – faktor keturunan biologis pada manusiayang menjadi milik prinadi sebagai individualitas dapat menjamu kepribadian seseorang, kedua masalah itu akan dibahas dalam bab ini.
2. Interaction, Dasar Proses Sosial
Dengan kata lain : proses dua arah dimana setiap individu / group menstimulir yang lain dan mengubah tingkah laku dari pada partisipan.
3. Klasifikasi Interaksi Sosial
Klasifikasi interaksi sosial, anatara lain :
a. Yang melibatkan dalam sejumlah orang
b. b. Ada tingkat – tingkat keintiman
c. Ada yang berproses sosial
Termasuk dalam proses yang menyatakan (integrasi) ialah : Coperation ( Koperasi ), Consensus ( kerja sama ) dan Asimilation ( assimilasi ).
a. Coperation ( Koperasi )
Ada 3 jenis koperasi ( kerja sama ) yang didasarkan perbedaan di dalam organisasi group atau di dalam sikap group, yaitu :
- Kerja sama primer Di sini group dan individu sungguh – sungguh dilebur menjadi satu
- Kerja sama sekunder Apa bila kerja sama primer characteristic dan masyarakat primitive, maka kerja sama sekunder adalah khas pad masyarakat modern.
- Kerja sama tertiaer ( accommodation )Dalam hal ini yang menjadi dasar kerja sama yaitu adalah konflik yang laten.
b. Consensus ( kerja sama )
Comsensus di maksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak, di atas mana syarat – syarat kerja sama itu diletakkan.
c. Asimilation ( assimilasi )
Assimilasi adalah proses di mana berbagi – bagi kebudayaan melebur menjadi atu-satunya yang homogeny
d. Klasifikasi Interaksi Sosial
Konflik adalah usaha yang sengaja menentang, melawan atau memaksa kehendak orang lain. Di pandang dari segi terjadinya, maka konflik ini ada 2 macam, yaitu : Corparete Confluct dan Personal Conflict.
e. Kompetisi ( persaingan )
Persaingan adalah hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda kompetisi tidak mengandung usaha dengan sengaja untuk menentang kehendak orang lain dan tidak mengandung paksaan.
BAB X
TEMPAT – TEMPAT INTERAKSI ANTARA PERON DAN GROUP
1. Keluarga ( Family )
a. Fungsi Keluarga.
Menurut Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut : Fungsi kasih saying, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi per;indungan / penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi ststus keluarga dan fungsi agama.
Menurut Bierstadt : keluarga berfungsi sebagai : Menggantikan keluarga, mengantur dan menguasai implus – implus sexui, menggerakkan nilai – nilai lkebudayaan dan menunjukkan status
b. Peranan Sosial dan Keluarga
Dikatakannya bahwa klas – klas sosial dapat dibedakan enjadi 3 macam, yaitu :
- Upper Class : dalam klas ini sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh penghargaan.
- Midle – Class : disini tidak diadakan menyelidikan
- Lower-Class : di sini keinginan – keinginan seperti upper-class itu kurang karena alas an – alas an.
c. Hubungan keluarga dengan sekolah
1. Perbedaan Peer Group dengan orang Dewasa
- Perbedaan Dasar : dalam dunia orang dewasa anak selalu di dalam posisi subordinate status ( ststus bawahan ) , dengan kata lain ststus dunis dewasa selalu di atas.
- Perbedaan Pengaruh : pengaruh peer group ini makin lama makin penting fungsinya, jadi pengaruh keluarga makin kecil.
2. Fungsi – fungsi dari pada peer group
Peer Group adalah sebagai suatu wadah untuk sosialisasi. Menurut Havighurs peer group ini mempunyai 3 fungsi, yaitu : mengajarkan kebudayaan, mengajarkan mobilitas sosial dan membantu peranan sosial yang baru
3. Gang
Beberpa ketidak seimbangan akibat gang ialah
- Penyesuaian yang buruk di dalam kehidupan keluarga
- Kepadatan penduduk
- Kesulitan – kesulitan lain yang timbul dari isolasi cultural
- Ststis ekonomi rendah, kekurangan tempat untuk bermain
- Fasilitas – fasilitas sosial dan rekreasi yang lain
d. Sekolah Dalam Masyarakat
1. Pendidikan, penduduk dan kecenderungan ekonomi
- Bersifat stabilisasi / stabilits : suatu sifat stabil, tidak meningalkan adanya perubahan ( revolusioner )
- Bersifat Fluidity /fluiditas : pendidikan itu dimungkinkan adanya perubahan – perubahan, baik mengenai stabilitas atau riilnya, maupun fluisitas atau idealnya.
Menurut masalah penduduk ini, menurut Widarno Surachmat dapat dipecahkan dengan jalan :
- Transmigrasi : perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain untuk menciptakan kemakmuran.
- Transplanetasi :perpindahan penduduk dari planet ke planet lain
- Teknologi makanan
- Keluarga berencana
2. Bentuk – bentuk Sekolah
- Bentuk sekolah tradisional.
- Bentuk sekolah sebagi suatu modal dari masyarakat
- Bentuk sekolah masyarakat
3. Sifat – sifat sekolah masyarakat
- Sekolah ini mengajarkan anak – anak untuk mendapatkan
- Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat
Kriteria sekolah masyarakat :
- Sekolah sebagai guru kehidupan masyarakat terhadap anak – anak
- Sekolah sebagai pusat kehidupan masyarakat dan tindakan untuk penduduk dari semua umur dan kelasmembantu fasilitas – fasilitas fisik untuk belajar dan berekreasi bagi semua umur di dalam masyarakat itu.
- Sekolah mempunyai program pendidikan orang dewasa
- Membawa orang – orang muda dan orang – orang dewasa bersama untuk bekerja atas masalah – masalah yang umum dari masyarakat
- Membawa para guru ke dalam kehidupan masyarakat sebagai teman, dan teman ini berkerja lebih dari pada seorang specialis.
e. Pro dan Kontra Masyarakat
- Bagi yang pro : bahwa belajar pada local masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik ( jadi titik berat pada masyarakat )
- Bagi yang kontra : menurut pandangan ini masyarakat adalah demikian lompleksnya bagi anak untuk mempelajari secara intensif.
f. Bedanya Sekolah Masayakat dengan Sekoilah Tradisional
Pada prinsipnya baik sekolah masyarakat maupun sekolah tradisional merupakan pendirian yang dominan yang menguasai dalam masyarakat, sekolah adalah merupakan cermin dari pada masyarakat. Mengapa sekolah Converhensip itu perlu didirikan ? dalam hal ini terdapat beberapa alas an : alasan isi pendidikan,alas an perkebangan anak didik, alas an pengunaan terbaik dari sumber, sumber insani, alas an demokrasi dan alas an efensiensi dan pembiayaan pendidikan.
Ada beberapa tipe organisasi internasional yang berkerja melampaui nasional, yaitu :
- Tipe yang pengurusannya orang – orang tua,
- Organisasi yang bersifat pribadi, artinya organiosasi yang bersifat swasta
- Tipe yang berdifat pemerintahan, bersifat resmi.
BA XI
SOSIOLOGI KURIKULUM
1. Kurikulum dan masyarakat
a. Pendidikan dan Kehidupan
b. Kurikulum dan Sekolah Kurikulum adalah situasi dan kondisi yang ada untuk mengubah sikap anak.
c. Pembagian Kurikulum
Di amerika terdapat 3 pembagian kurikulu :
- The classical curriculum : kurikulum yang bersifat tradisoinal, menekankan pada bahasa asing, bahasa kuno, sejarah kesusasteraan, matematika dn ilmu yang murni ( pure scince )
- The Vocation Curriculum : kurikulum yang pada prinsipnya menyiapkan mahasiswa untuk bekerja, dan dapat hidup layak di dalam masyarakat
- Life Adjustment Curriculum : kurikulum yang dititik beratkan untuk pembangunan kepribadian mahasiswa dan kegunaan sosial dari apa yang dipelajari dalam life experience curriculum ( kehidupan )
2. Sekolah Masyarakat ( community school )
a. Ciri – cirri sekolah masyarakat
Menurut Olsen cirri – cirri community scholl ialah sebagai berikut :
1. Sekolah itu memperbaiki untuk kehidupan setempat.
2. Sekolah itu menggunakan masyarakat laboratorium tempat belajar.
3. Gedung sekolah itu menjadi pusat kegiatan masyarakat
4. Sekolah itu mendasarkan kirukulum pada proses – proses dan problem – problema kehidupan masyarakat.
5. Sekolah itu mengikutsertakan orang tua dalam urusan – urusan sekolah.
6. Sekolah itu ikut serta mengkoordinasikan masyarakat
7. Sekolah itu dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafatnegara dalam segala hubungan antar manusia
b. Education and Social Policy
c. Social Stability and Social Fluidity
3. Paradox – Paradox Kebijaksanaan
a. Akibat Perkembangan penduduk dan Ekonomi
b. Akibat dari pada Kenaikan Produksi
Pada prinsipnya angka kelahiran ini dipengaruhi oleh 2 faktor interaksi, yaitu : Produktivitas Ekonomi dan pengetahuan penduduk tentang pengendalian kelahiran ( birthcontrol )
c. Perbahan – perubahan di dalam Distribusi Pembagian Umur
d. Pendidikan kebijaksanaan Sosial
Beberapa tipe paradox secara internasional antara lain :
1. Welfare versus productivity = kesejahteraan atau produktivitas
2. Saving versus consumption = menabung atau konsumsi
3. Urban versus rutal sectors = kota atau desa
4. Kodern tehnology versus employment = teknologi modern atau tenaga kerja
5. Consumer goods versus producer goods = barang – barang yang bersifat konsumsi atau produksi / yang dihasilkan.
e. Educated Employment = Penganguran – pengangguran
f. Fungsi ganda dari pendidikan formil
Fungsi tersebut ialah :
• Sekolah selalu memandang peranan dalam beberapa fungsi di dalam menyiapkan individu untuk mencari nafkah dan ikut serta struktur pekerjaan yang berkembang
• Di mana – mana sekolah menolong memperkenalkan anak kepada kebudayaan masyarakatnya dan meliaskan partisipasinya dari batas local ke batas nasional, yang sangat penting di anatara gambaran yang dimungkinkan, dan pentingnya kemajuan teknologi menjadi satu tujuan yang menonjol.
• Sekolah menciptakan individualitas
• Sekolah behubungan dengan oekerjaan – pkerjaan lain, menyelesaikan mensenyalir elite-elite yang akan membawa teangung jawab yang terberat baik local maupun nasional (elite merupakan creative minority )
• Akhirnya kebanyakan di sekolah direncanakan untuk mengabdikan dan memperbaiki system pendidikan itu sendiri untuk melindungi hal –hal yang telah ada dan mmeperkenalkan system inteketual yang baru
4. .Perkembangan Kurikulum
Dalam sejarah perkembangan kurikulum, setelah abad ke-17, juga mulai menyebar kepada pembicaraan mengenai metode pengajaran. Sebagaimana diketahui, pada kurikulum tradisional, begitu mapannya metode tradisional, seperti dikte, menghafal dan meniru. Selanjutnya, berlangsung secara agak alamiah, dasarnya penekanan kepada buku – latihan dan penguasaan membaca buku / liferatur. Setelah berakhirnya reformasi, pada tahun 1832, terjadi kebutuhan yang meningkat terhadap sekolah bertipe komersial, di mana mata ajarannya dilengkapi dengan hal – hal yang jelas – jelas bermanfaat untuk usaha bisnis (disamping ilmu hitung, sejarah geografi, berbahasa inggris, dan ilmu fisika, juga diajarkan tata buku serta ilmu pengukuran / penelitian tanah. Hal tersebut menunjukkan, bukan saja betapa luasnya kurikulum itu di dalam jumlah mata ajarannya, tetapi juga demikian luas aspek kegunaan sosial yang dicakupnya.
BAB XII
PROSES SOSIALISASI
Definisi tentang sosialisasi :
• Havighurst dan Neugarten : proses sosialsisasi adalah proses belajar
• Thomas Ford Hoult : bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu dalam bertingkah laku sesuai dengan standard yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
• R.S. Lazarus : proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah implus – implus sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola – pola dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan masyarakat.
• G.H Mead berpendapat : bahwa dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi kebiasaan, sikap dan idea-idea dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai suatu system dalam diri pribadinya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa :
• Proses sosialisai adalah proses belajar
• Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan sikap, idea – idea, pola - ploa nilai dan tingkah laku, dalam masyarakat di mana dia hidup
• Semua sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diri pribadinya.
Konsep Penyesuaian diri ( Adjustment )
Konsep penyesuaian diri ini berasal dari biologi, dan merupakan konsep dasar dalam teori evolusi Darwin. Dalam biologi, Istilah yang duigunakan ialah adaptasi. Menurut teori tersebut hanya organism yang berhasil menyesuaikan diri terhadap lingkungan fisiknya sajalah yang dapat tetap hidup.
Konsep adaptasi yang berasal dari biologi itu dalam ilmu – ilmu sosial ( khususnya psikologi ) diberi nama baru, adjustment baik adaptasi maupun adjustment kita terjemahkan dengan “ proses penyesuain diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Proses penyesuaian diri itu merupakan rekasi terhadap tuntutan – tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan – tuntutan tersebut dapat digolongkan menjadi tuntutan unternal dan eksternal.
Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Proses penyesuaian diri dapat di pandang dari dua sudut, yaitu :
1. Kualitas atau efesiensinya
2. Proses berlangsung
Ada dua tipe proses penyesuaian diri, yaitu :
1. Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan implus – implus dalam dirinya
2. Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi lingkungan dalam dirinya
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
a. Sifat dasar .
b. Lingkungan prenatal
c. Perbedaan individu
d. Motivasi
Dua Aspek Perkembangan Sosial Manusia Perkembangan manusia tampak dalam dua aspek , yaitu :
1. Aspek biologic : makan, minum dan perlindungan telah mengubah bayi menjadi manuisa yang dewasa jasmaninya
2. Aspek personal sosial : pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah snak menjadi pribadi soaial, warga masyarakat bertanggung jawab.
Perkembangan sosiaL manusia itu mempunyai du aspek, yaitu :
a. Proses belajar sosial (process of learning) atau proses sosialisasi
b. Proses pembentukan kesetiaan sosial (formation of social loyalities)
1. KELUARGA DAN SOSIALISASI
A.M. Rose. Menurut beliau kelaurga ialah “ kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
Dari definisi tersebut dapatlah dirumuskan pengetian keluarga, yaitu :
a. Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu dan anak
b. Hubungan anta anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
c. Hubungan sosial di anatara anggota kelaurga relative tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi
d. Fungsi kelaurga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan jiwa sosial.
Perubahan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan fungsi – fungsi sosial kelaurga . fungsi – fungsi sosial yang mengalami perubahan ialah :
1. Fungsi pendidikan
2. Fungsi rekreasi
3. Fungsi keagamaan
4. Fungsi perlindungan
5. Fungsi biologic
6. Fungsi afektif
7. Fungsi sosialisasi
Keluarga Sebagai Kelompok Primer
Sebagai kelompok primer , kelaurga berpengaruh terhadap anggota – anggotanya , karena :
1. Keluarga memberikan kesempatan yang unik kepada anggotanya untuk menyadari dan memperkuat nilai kepribadiannya
2. Keluarga mengatur dan menjadi perantara hubungan anggota – anggotanya dengan dunia luar. Dalam hubungan ini dapat di bedakan dua macam corak keluarga, yaitu :
- Keluarga terbuka : keluarga yang mendorong anggota – anggotanya untuk bergaul dengan masyarakat luas.
- Keluarga tertutup : keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan dunia luar.
Sosialisasi Dalam Keluarga
Kondisi – kondisi yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak ialah :
1. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi face –to-face secara tetap
2. Orang tua mempunyai motivasi yagn kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah cinta kasih hubungan suami-istri
3. Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relative tetap, maka orang tua memainkan peran sangat penting terhadap proses sosialisasi anak
Hubungan Orang Tua –Anak
Corak hubungan prang tua- anak ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels Reseach institute, dapat dibedakan menjadi tiga pola , yaitu :
1. pola menerima-menolak, pola ini berdasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak.
2. Pola memiliki-melepaskan, pola ini berdasarkan atas dasar sikap protektif orang tua terhadap anak
3. Pola demokrasi-otokrasi, pola ini berdasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan- kegiatan dalam keluarga
2. SEKOLAH DAN SOSIALISASI
Fungsi pendidikan sekolah adalah memberantas kebodohan dan memberantas salah pengertian. Secara posotif, kedua fungsi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Menolong anak untuk melek huruf dan mengembangkan kemampuan – kemampuan intelektualnya.
2. Mengembangkan pengertian yang luas tentang manusia lain yang berbeda kebudayaan dan interestnya.
Transmisi Kebudayaan
1. transmisi pengetahuan dan keterampilan
2. transmisi sikap , nilai – nilai dan norma – norma
Memilih Dan Mengajarkan Peranan Social
Masyarakat haruys mempunyai fasilitas untuk mengajarkan bermacam – macam spesialisasi itu. Masyarakat.
Masyarakat harus mengusahakan agar orang – orang yang mempunyai spesialisasi itu jumlahnya seimbang dengan kebutuhan
Integrasi Social
Untuk menjamin integrasi social itu, caranya ialah :
a. sekolah mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia
b. sekolah mengajarakan pengalaman – pengalaman yang sama kepada anak memalui keseragaman kurikulum dan buku – buku pelajaran dan buku bacaan dio sekolah.
c. Sekolah mengajarakan kepada anak corak kepribadian nasioanl(national identity) memalui pelajaran sejarah, dan geografi nasional, upacara – upacara bendera, peringatan hari besar nasional, lagu – lagu nasional dan sebagainya.
Kebudayaan Sekolah
Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure penting, yaitu :
1. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah ( gedung sekolah, mebiler, perlengkapan yang lain ).
2. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan – gagasan maupun fakta – fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan
3. Pribadi – pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga asministrasi
4. Nilai – nilai nomal, system peraturan dan iklim kehisupan sekolah.
Pendidikan Sekolah
Mobilitas sosial ialah gerakan individu dari suatu posisi sosial ke posisi sosial lain dalam suatu struktur sosial. Kita membedakan dua macam mobilitas sosial, yaitu :
1. Mobilitas sosial vertikal : gerakan individu atau kelompok dalam ruang geografik ) migrasi )
2. Mobilitas sosial Horisontal : gerakan individu turun – naik dalam tangga ke masyarakat
3. KELOMPOK SEBAYA DAN SOSIALISASI
Pengeertian kelompok sebaya sebagai berikut :
1. Kelompok sebaya adalah kelompok primer yang hubungan antara anggotanya intim
2. Anggota kelompok sebaya terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai kelompok sebaya usia dan status atau posisi social
3. Istilah kelompok sebaya dapat menunjuk kelompok anak – anak, kelompok remaja tau kelompok oarng dewasa.]
Jenis – jenis Kelompok Sebaya
a. Kelompok sebaya bersifat informal
b. Kelompok sebaya yang bersifat formal
BAB XIII
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
A. Bentuk – Bentuk Kebudayaan
Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaan itu dapat menjadi duah buah unsure komponen yang nyata, yaitu komponen material dan non material.Ada dua buah kategori dari kebudayaan non-materi itu :

1. Kebudayaan Materi
Bagian materi dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah diciptakan dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba.
2. Kebudayaan non materi
a. Norma – norma.Norma – norma itu dapat didefinisikan sebagai masyarakat, seperti misalnya bagaimana saranya berpakaian pada peristiwa – peristiwa tertentu atau bagaimana menegur atau menyapa orang – orang dari kelas – kelas yang berlainan.
b. Institusi – institusi. Institusi – institusi sosial pada hakikatnya kumpulan – kumpulan norma – norma ( struktur – struktur sosial ) yang telah diciptakan untuk dapat melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat.
B. KOMPONEN – KOMPONEN STRUKTUR DARI KEBUDAYAAN
1. Elemen – elemen Kebudayaan ( Cultural Traits ) Unit terkecil dari kebudayaan yang dapat didentifikasir ( kenali ) disebut Istilah Elemen Kebudayaan.
Suatu elemen kebudayaan materi boleh jadi lebih mudah dikenali daripada suatu elemen kebudayaan non-materi.
2. Kompleks Kebudayaan. Suatu kombinasi dari elemen – elemen yang saling berkaiatan yang membentuk persyaratan – persyaratan kebudayaan untuk situasi – situasi atau aktivitas – aktivitas tertentu ialah Kompleks Kebudayaan.
3. Pola Kebudayaan.Kopleks – kompleks kebudayaan juga salng berpadu untuk membentuk unit – unit yang luas dari kebudayaan. Unit – unit yang terkhir ini disebut dengan istilah Pola – pola atau konfigurasi – konfigurasi kebudayaan.
C. TIPE – TIPE PARTISIPASI KEBUDAYAAN :
1. Partisipasi Menyeluruh ( universal ), adalah trait – trait kebudayaan yang diperlukan bagi seluruh anggota dari suatu masyarakat.
2. Partisipasi Pilihan ( alternatives ), adalah situasi – situasi di mana individu bisa memilih beberapa kemungkinan tindakan yang sama, atau hamper sama baiknya di mata masyarakat yang lebih besar.
3. Partisipasi Kekhususan ( speciality ), adalah aspek – aspek unik dari kebudayaan yang tidak diikuti oleh khalayak ramai secara umum
D. RELATIVISME KEBUDAYAAN
Sifat relative dari kebudayaan itu memberikan suatu penjelasan mengenai tingkah laku. Tiga dari perwujudan – perwujudan dan konsekuensi – konsekuensi tingkah laku sebagai akibat prasyarat – prasyarat yang ditentukan oleh kebudayaan itu aialah :
a. Fanatisme Suku bangsa ( Ethnosentrisme )
b. Goncangan Kebudayaan ( Cultural Shock )
c. Pertentangan Kebudayaan ( Culture Conflict )
BAB XIV
MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN
A. Arti Dan Tujuan Pendidikan ( Population Education )
Menurut Seminar Nasional Pendidikan Kependudukan tahun 1970, pendidikan kependudukan dirumuskan sebagai berikut :
• Pendidikan kependudukan adalah program pendidikan yang membina anak didik memiliki pengertian, kesadaran sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab tentang pengaruh perkembangan penduduk terhadap aspek – aspek kehidupan manuisa yang menyangkut segi – segi sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia .
• Pendidikan Kependudukan merupakan satu usaha baru yang berhubungan dengan pembangunan Negara, khususnya dalam menanggulangi masalah kependudukan , terutama pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat dan perlu dikendalikan .
• Pendidikan Kependudukan adalah suatu usaha yang mutlak dan perlu sebagai bagian dari pendidikan sekarang dengan maksud memberikan pengertian tentang kependudukan yang merupakansalah satu masalah dunia yang besar yang pengaruhnya terhadap perkembangan hidup kelak.
Tujuan umum pendidikan kependudukan adalah :
1. Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran mengenai faktor – faktor yang menyebabkan perkembangan penduduk yang cepat serta interaksi yang erat antara perkembangan penduduk dengan program pembangunan untuk menaikkan tingkat hidup rakyat. Dapat diperinci menjadi
a. Memiliki pengertian tentang konsep – konsep dan proses dasar demografi.
b. Memiliki pengertian tentang pertambhan penduduk yang cepat dan sebab – sebabnya.
c. Memiliki pengertian tentang sebab akibat yang timbul ari pertumbuhan penduduk yang cepat
d. Memiliki pengertian tentang hubungan antara kesejahteraan manusia dengan program pembangunan ekonomi social
e. Memiliki pengertiandan keadaran tentang kebijaksanaan pemerintah menenai perncanaan dalam rangka pembangunan
f. Memiliki pengertian dan kesadaran tentang arti dan pentingya kesimbangan alam.
2. Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran akan sebab akibat dari besar kecilnya keluarga tergadap situasi kehidupan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dapat diperinci menjadi :
a. Memiliki keadaran terhadap kenyataan bahwa besarnya keluarga dapat diatur dan bukan semata – mata ditentukan oleh nasib.
b. Memiiki sebab akibat dari keluarga besar.
c. Memiliki kesadaran terhadap standar kehidupan keluarga kecil sebagai yagn layak dan diinginkan serta hubungan antara besarnya keluarga dan kualitas kehidupan
d. Memiliki kesadaran terhadap hubungan antra memelihara kesehatan ibu, kesejahteraan anak dan kecilnya keluarga
e. Memiliki penghargan terhadap keluarga yagn kecil sebagai dasar untuk mencapai kualitas kehidupan masyarakat yang tinggi
f. Memiliki pengertian mengenai pengaruh buruk dari penduduk yang padat serta bertambah dengan pesat terhadap situasi sekelilingnya dan kesukaran – kesukaran yang ditimbulkannya.
g. Memiliki pengertian dan kesadaan terhadap kenyataan bahwa tindakan individu dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat
3. Agar anak didik memiliki sikap yang rasional dan betanggung jawab dalam lingkungan kehidupan bangsa ( Negara dan dunia ), dapat diperinci menjadi :
“ memiliki sikap dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap program pemerintah mengenai kependudukan “
4. Agar anak didik memiliki sikap yagn rasional dan bertangung jawab dalam lingkungan kehidupan keluarga dan masyarakat. , dapat diperinci menjadi :
a. Memiliki sikap dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap besar kecilnya keluarga
b. Memiliki penghargaan dan sikap positif terhadap usaha - usaha pemeliharaan lingkungan jidup yang lebih sehat bagi keluarga dan masyarakat .
B. Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan
Drs. J.W. Kandou mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kependudukan sebagai suatu program untuk dilaksanakan, ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian, yakni aspek pendidikan dan aspek kependudukan.
Maka dalam hal ini dari Departemen P dan K dapat diharapkan sumbangannya dalam bidang tersebut di bawah ini :
a. Pendidikan di sekolah dasar = Family life education
b. Pendidikan di sekolah lanjutan = Scientific sex education dalam pelajaran – pelajaran biologi
c. Population Education :
- Aspek – aspek demografi
- Aspek – aspek ekonomi
- Aspek – aspek pembangunan
d. Education of the adult :
- Pendidikan di luar sekolah – sekolah formal
- Kepanduan
- Pendidikan kemasyarakatan dll
C. Hubungan Antara Kehidupan Keluarga Dan Kecerdasan Manusia
Banyak factor yang menentukan perkembangan hidup manusia. Faktor – faktor itu ialah :
1. Faktor keturunan. Yaitu faktor yang ada di dalam menusia itu sendiri
2. Faktor lingkungan, yaitu faktor yang ada di luar yang diperoleh sejak manusia dilahirkan hayatnya.
• Faktor – faktor biologis dan psikologis dari ayah dan ibunya bagi anaknya menentukan kondisi dan kualitas “ bahan mentah “ atau “ bahan pakaian “ kepada anaknya.
• Faktor yagn dating dari luar sejak manusia itu belum lahir hingga sepanjang hayatnya menentukan perkembangan anak – anak itu.
D. Hubungan Anatara Besar Keluarga Dan Test IQ
Ada hubungan antara rangsangan intelek dengan jumlah besarnya keluarga, makin banyak / besar keluarga, eminta perhatian ibu dan ayah lebih besar, di samping penyediaan fasiliras yang makin besar.Tentang hal ini penyelidikan Tauran Dh.D mengungkapkan , bahwa :“ Pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingakt sosio ekonomis yang rendah. Orang tua yang berasal dari tingkat sosio ekonomisnya yang tinggi dan menengah cenderung membatasi anak-anak mereka dengan jumlah yang relative kecil sehingga sanggup membelanjai pendidikannya sampai tingkat tinggi, orang tua yang berasal tingkat sosio ekonomis rendah biasanya tidak memperhitungkan faktor – faktor tersebut ketika menentukan jumlah anak yang mereka kehendaki. Sekali lagi pengaruh jumlah anak terutama kelihatan pada angka test inteligensi yang kurang dari normal. Angka inteligensi yang tinggi lebih sering terdapat di antara anak – anak tunggal atau yang hanya mempunyai satu atau dua saudara. Angka inteligensi rendah terdapat di antara mereka yang mempunyai empat saudara atau lebih.